Tuesday, November 27, 2012

LIVE VIEW kamera DSLR


Salah satu fitur baru pada kamera DSLR yang paling banyak menarik minat konsumen masa kini adalah fiturlive-view. Bagi yang terbiasa memotret memakai kamera digital (termasuk kamera pada ponsel) tentu sudah terbiasa mengambil gambar mengandalkan preview pada layar LCD, sementara memotret memakai SLR sudah identik dengan mengintip jendela bidik (viewfinder), bukannya melihat melalui layar LCD. Dengan semakin murahnya harga kamera DSLR, semakin banyak pula pemakai kamera digital saku yang beralih ke DSLR, dan menemui kesulitan saat harus memotret tanpa bantuan layar LCD layaknya kamera saku. Banyak juga yang tidak habis pikir bagaimana mungkin kamera digital SLR yang nota-bene punya layar LCD kok layarnya tidak bisa dipakai untuk melihat preview foto yang akan diambil.
Seakan tak ingin mengecewakan mereka, kini produsen kamera DSLR mulai menjawab keluhan ini dengan mengimplementasikan fitur live-view yang menjadikan kamera DSLR dapat menampilkan preview gambar yang tertangkap lensa pada layar LCD. Keuntungannya, sang pemotret dapat mengevaluasi gambar yang akan diambil, termasuk warna, ketajaman, fokus dan eksposure. Selain untuk keperluan tersebut, live-view juga dipakai untuk memotret pada sudut yang sulit seperti memotret bunga sambil jongkok atau memotret overhead(posisi kamera diangkat diatas kepala-seperti pada saat konser musik). Meski demikian ada juga efek negatif dari pemakaian fitur ini, yaitu akan menguras daya baterai karena LCD yang terus menyala.
Fitur yang tergolong baru ini sebenarnya sudah diperkenalkan jauh sebelumnya oleh Olympus, sekaligus menjadi pionir dalam urusan live-view. Prinsipnya adalah bagaimana membuat gambar yang tertangkap lensa dapat ditampilkan di layar LCD sebelum shutter ditekan. Untuk itu, komponen sensor menjadi mutlak perlu dalam prinsip live-wiew. Masalahnya, terdapat perbedaan konsep dalam mendesain sensor untuk live-view ini, dimana ada yang memanfaatkan sensor kamera (baik CCD atau CMOS) untuk proses live-view (untuk efisiensi dan menekan biaya produksi), ada juga yang menyediakan sensor terpisah sehingga sensor utama hanya dipakai saat shutter ditekan saja. Apalagi ada anggapan bahwa saat kamera mengaktifkan fitur live-view akan membuat sensor terus-menerus terpapar oleh cahaya yang berpotensi membuat usia sensor berkurang.
Olympus merancang sistem ini pertama kali pada DSLR E-330 dengan memakai dua sensor yaitu sensor utama dan sensor khusus live-view, yang pada saat itu membuat sistem begini menjadi mahal dan rumit. Dengan mengevaluasi untung rugi dari konsep pertamanya, akhirnya Olympus menyederhanakan sistem live-view berikutnya menjadi hanya satu sensor. Tak lama berselang sistem live-view ini diadopsi dan disempurnakan oleh Panasonic (Lumix LC-10), Nikon (D-300) dan Canon (EOS 40D, EOS 450D) meski dengan beberapa perbedaan minor. Berita cukup menarik muncul saat Sony mengumumkan metode live-viewnya yang justru memakai dua sensor seperti Olympus generasi pertama, namun dengan klaim menjadi sistem live-view tercepat saat ini.
Kaitan antara live view dan auto fokus pada DSLR
Auto fokus pada kamera DSLR memiliki keunggulan dibanding kamera saku karena dilakukan memakai proses phase detect dibanding kamera saku yang memakai contrast-detect. Keunggulan utamanya adalah dalam hal kecepatan dan ketepatan mencari fokus. Dengan mengimplementasikan sistem live-view pada kamera DSLR, konsekuensi utamanya adalah proses auto fokus akan menjadi lebih rumit, yang berdampak pada penurunan kecepatan auto fokus itu sendiri, terutama pada sistem live-view dengan sensor tunggal. Ceritanya begini, karena sensor tunggal pada DSLR yang memakai mode live-view harus terus menerima cahaya dari lensa, maka cermin yang berada di depan sensor harus diturunkan (mirror-down). Efek turunnya cermin ini adalah sistem auto fokus kamera menjadi tidak berfungsi. Untuk itu, saat kamera harus mencari fokus (saat tombol shutter ditekan dan ditahan) maka cermin terpaksa harus kembali diangkat (mirror-up) dan otomatis menutupi sensor sehingga proses live-view akan terputus sesaat. Naik turunnya cermin setiap mencari fokus inilah yang membuat rumit dan menyita waktu saat memotret dengan memakai fitur live-view.
Pilihan mode live view pada 450DSebagai gambaran bolehlah saya ambil contoh kamera DSLR terbaru yang telah memiliki fitur live-view yaitu Canon EOS-450D yang berbasis sensor tunggal. Kamera ini memiliki keunggulan dalam keleluasaan pilihan mode auto fokus saat sedang memakai fitur live-view. Pilihan pertama adalah sistem auto fokus standar yang disebut Quick modeyaitu phase-detect, sementara pilihan kedua adalah Live mode yang memakai sistem auto fokus contrast-detect (lihat gambar disamping). Untuk memahami perbedaan fungsi dari kedua metoda auto fokus tadi, beginilah gambaran singkatnya :
  • Sistem Quick mode mengharuskan cermin diangkat selama kamera mencari fokus > proses live viewakan terhenti sejenak (LCD blank) > terdengar bunyi cermin naik turun > prosesnya memang cepat (sekitar satu detik) namun masih relatif lambat dibanding auto fokus tanpa live-view
  • Sistem Live mode tidak memerlukan cermin diangkat selama kamera mencari fokus > proses live viewtidak terganggu karena sensor tidak terhalang cermin > tidak ada suara cermin naik turun > namun sistem yang berbasis contrast-detect ini prosesnya lebih lambat (sekitar 3 detik) dibanding sistemphase-detect.
Terlepas dari untung rugi kedua sistem dari EOD 450D diatas, fitur live-view dengan memakai sensor utama untuk live-view memiliki kelebihan yaitu tampilan di layar benar-benar menampilkan 100% coverage, kemampuan asistensi gambar yang diperbesar untuk manual fokus, kemampuan depth of field preview, dan kepastian bahwa apa yang terlihat di layar adalah apa yang akan tersimpan di memori nantinya (what you see is what you get).
Bagaimana dengan sistem dual sensor?
Karena tidak ada standar pasti untuk desain fitur live-view ini, tidak ada yang salah apabila Sony mendesain kamera seri Alpha A350 (dan A300) terbaru dengan sensor terpisah. Artinya disamping memiliki sensor CCD sebagai sensor utamanya, Sony mengalokasikan sensor khusus untuk live-view sehingga total terdapat dua buah sensor pada kameranya yang memiliki fungsi berbeda. Inilah fakta, keuntungan dan kekurangan dari rancangan Sony :
  • Untuk mengaktifkan mode live-view cukup dilakukan dengan cara menggeser switch mekanik > cermin akan bergeser sedikit (tilt) sehingga bayangan dari lensa akan jatuh di sensor kedua > viewfinder akan tertutup untuk mencegah cahaya mengganggu sensor.
  • Pemakai dapat beralih dari mode live-view ke mode biasa (memotret melalui viewfinder) dan sebaliknya dengan mudah, cukup menggeser switch tadi.
  • Tanpa harus menaik-turunkan cermin, auto fokus tetap dapat dilakukan pada saat mode live-viewsedang aktif. Sistem seperti ini meniadakan blank sesaat pada layar LCD, sehingga kecepatan auto fokus saat live-view pada A300/A350 bisa menjadi yang tercepat hingga saat ini.
  • Sensor live-view sebagai sensor tambahan hanya menampilkan sekitar 90 % coverage, memang amat kurang bahkan masih kurang dari coverage viewfinder optiknya.
  • Karena ukuran dan kualitas sensor tambahan ini tidak sebaik sensor utamanya, maka beberapa hal penting tidak dapat dilakukan saat live-view, seperti asistensi gambar yang diperbesar untuk manual fokus, tanpa overlay grafik (histogram atau grid), dan bahkan tidak dapat melakukan preview kerjastabilizernya yang terpasang di sensor utama.
Oleh karena itu sistem dual sensor dari Sony ini lebih cocok dipakai bila kita menginginkan mode live-viewyang tidak repot, auto fokus yang cepat dan hampir serasa memakai kamera saku biasa. Sedangkan sistem sensor tunggal lebih bermanfaat bila live-viewnya dipakai untuk memotret pekerjaan yang presisi seperti foto makro atau arsitektur.
Tentu saja fitur baru ini membawa pengalaman tersendiri bagi pemakai kamera DSLR modern. Beberapa manfaat yang didapat dengan fitur ini semestinya dapat menambah kreativitas dalam memotret bahkan memberi keleluasaan memotret dari sudut-sudut ekstrim. Namun perlu dicatat bahwa fitur ini tidak ada kaitannya dengan kualitas gambar yang dibuat oleh kamera DSLR, melainkan hanya sebagai fitur pelengkap yang akan menjadi tren. Banyak kamera DSLR yang tidak dilengkapi fitur ini dan para pemakainya pun tidak pernah mempermasalahkannya, namun bila memang kamera DSLR yang kita miliki telah dilengkapi fitur live-view tentu akan menjadi suatu nilai tambah tersendiri. Sayangnya, meski secara teknis sangat memungkinkan, hingga saat ini belum ada satu kamera DSLR pun yang mengoptimalkan fitur live-view ini menjadi fitur movie.

Berapa umur SHUTTER kamera DSLR..??


Pertanyaan ini kerap muncul dalam perbincangan di forum atau diskusi pemula. Kamera digital yang nota bene tak lagi memakai film kerap dibayangkan sebagai sebuah kamera yang bisa dipakai terus menerus tanpa batas. Jepret sesukanya, lihat hasilnya, tidak suka ya tinggal hapus saja. Tanpa sadar jumlah foto yang sudah kita ambil mencapai ribuan hanya dalam waktu sebentar saja. Memang tidak ada salahnya apalagi demi alasan belajar fotografi, namun bila kita hanya memotret iseng saja, maka jangan gunakan kamera DSLR. Mengapa, karena kamera DSLR punya shutter unit yang umurnya terbatas.
Jawaban dari judul diatas jelas, karena shutter pada kamera DSLR bagaimanapun juga adalah masih sama seperti pada kamera SLR film, berupa shutter mekanik yang meski sudah dikendalikan secara elektronik namun bekerja membuka-menutup secara vertikal setiap foto diambil. Gerakan shutter inilah yang menimbulkan suara khas dari kamera DSLR saat memotret. Banyak yang belum tahu kalau shutter itu bila terus menerus dipakai suatu saat akan rusak (macet atau tidak berfungsi). Kisah yang umum terjadi adalah saat seseorang baru membeli kamera DSLR dia begitu kegirangan memotret sesukanya dan tiba-tiba dia terkejut saat mengetahui kalau shutter kamera DSLR itu ada batasnya, lalu terbayang sudah berapa banyak foto yang  dihambur-hamburkannya di masa lalu.
shutterunitUsia shutter (diistilahkan dengan Shutter Count) memang tidak ada yang bisa memastikan. Pabrik hanya mendesain shutter unit dan melakukan pengujian hingga jumlah tertentu dan merilis hasilnya di spesifikasi kamera DSLR. Kamera kelas pemula dinyatakan lolos uji hingga 50.000 kali pemakaian, sementara kamera kelas diatasnya bisa mencapai 100.000 kali bahkan hingga 300.000 kali. Angka ini tidak mengikat, ada kamera pemula yang bisa melampaui angka 50.000 dan ada juga yang baru 25.000 sudah rusak. Untuk melihat sudah berapa kali sebuah kamera DSLR itu dipakai, lihat shutter countdi data EXIF-nya.
Yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa shutter mekanik semacam ini masih diperlukan di kamera DSLR? Padahal kamera digital biasa mulai dari kamera ponsel sampai kamera prosumermemakai shutter elektronik dengan hanya mengandalkan sensor saja. Tak lain jawabannya adalah karena sensor pada kamera DSLR tidak bisa melakukan ‘gating’ atau on-off tanpa bantuan shutter unit ini. Saat shutter masih tertutup, sensor mengalami kondisi ‘gelap’ dan saat kita memotret shutter membuka sejenak (sesuai shutter speed yang diatur oleh kita atau kamera) lalu menutup lagi. Dari gelap pertama menuju gelap kedua itulah trigger bagi sensor untuk bekerja. Di masa depan shutter mekanik bisa saja sudah tidak digunakan, bila produsen berhasil mendesain alternatif lain yang lebih murah namun tetap handal.

Seputar kamera DSLR


Tak dapat dipungkiri, kemajuan dunia fotografi belakangan ini begitu pesat semenjak semakin terjangkaunya harga kamera DSLR, bahkan beberapa produk DSLR kelas pemula ada yang mencapai kisaran harga lima jutaan. Dengan membeli kamera DSLR, seseorang akan mendapat kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang fotografi, sekaligus  mendapat jaminan akan foto-foto yang berkualitas dan terhindar dari kekecewaan saat memotret memakai ISO tinggi. Ditambah lagi kini harga kamera DSLR bekas sudah semakin murah dan bahkan bisa menyamai harga kamera saku keluaran baru, sehingga makin banyak saja orang awam yang memutuskan untuk membeli kamera DSLR untuk pertama kalinya.
Salah satu DSLR untuk pemula
Salah satu DSLR untuk pemula
Namun kamera DSLR bagaimanapun juga adalah kamera yang ditujukan untuk penggunaan tingkat lanjut dan ada beberapa aspek yang berbeda dengan kamera biasa baik dari segi pemakaian maupun perawatannya. Inilah beberapa fakta yang perlu anda ketahui sebelum memutuskan untuk membeli kamera DSLR  :
Membeli DSLR adalah membeli sebuah sistem
Saat begitu banyak pilihan merk di pasaran, faktanya DSLR adalah sebuah sistem fotografi yang umumnya memerlukan beberapa perangkat dengan merk yang sama, yaitu bodi kamera, lensa, lampu kilat dan asesori. Faktanya pula, harga lensa bisa jauh lebih mahal daripada kamera, sehingga saat memutuskan akan membeli kamera DSLR camkan bahwa kamera yang akan dibeli ini adalah sebuah awal dari perburuan panjang akan sebuah sistem fotografi yang menyeluruh.
DSLR punya banyak pilihan lensa
Adalah wajar saat banyak pemilik DSLR pemula (yang umumnya memakai lensa kit) bertanya lensa apa lagi yang sebaiknya dia beli. Namun faktanya kebutuhan lensa itu berbeda-beda tergantung kebutuhan fotografi dan kondisi keuangan seseorang. Mulailah dengan mengenali jenis-jenis lensa yang biasa dipakai para fotografer, termasuk kisaran harganya. Seperangkat sistem fotografi yang lengkap memerlukan minimal sebuah lensa wide, normal dan tele. Bagi yang ingin praktis bisa memiliki lensa zoom yang mampu men-cover rentang yang lebar, seperti lensa zoom 18-200mm. Perlu diketahui pula, ketajaman lensa zoom masih kalah dibanding dengan lensa fix. Mana yang anda pilih, kenali dulu kebutuhan fotografi anda.
DSLR memakai cermin dan jendela bidik optik
Cermin pada DSLR
Cermin pada DSLR
Ciri utama DSLR (selain lensanya yang bisa dilepas) adalah adanya cerminyang bisa turun naik. Saat posisi cermin turun, gambar dari lensa akan dipantulkan ke arah jendela bidik optik sehingga kita bisa melihat bidang gambar yang masuk melalui lensa. Saat gambar diambil, cermin akan terangkat sesaat memungkinkan cahaya memasuki sensor (dan jendela bidik akan gelap sesaat). Meski DSLR modern kini mulai menawarkan live view, namun umumnya kamera DSLR mengandalkan jendela bidik sebagai satu-satunya cara untuk melihat foto yang akan diambil. Saat pemakai kamera saku sudah terlanjur terbiasa melihat gambar yang akan diambil melalui layar LCD, mungkin pada awalnya akan merasa aneh saat pertama beralih ke DSLR kerena harus mengintip lubang kecil yang bernama jendela bidik optik.
DSLR memiliki sensor yang besar dan ada crop factor
Perbandingan sensor (Wikipedia)
Perbandingan ukuran sensor (Wikipedia)
Rahasia di balik kualitas gambar kamera DSLR terletak pada sensornya yang berukuran lebih besar dari kamera saku. Perhatikan kalau faktanya ukuran sensor pada DSLR itu beragam, ada yang disebut ukuranfull-frame (36 x 24mm), ada yg berukuran 29 x 19mm (APS-H), ada yang berukuran 24 x 16mm (APS-C), dan yang terkecil ada yang berukuran 18 x 13.5mm (four thirds). Perbedaan ukuran ini tampak membingungkan, ditambah lagi adanya konsekuensi dari ukuran sensor yang berdampak pada adanya crop-factor pada lensa yang dipakai. Maksudnya, panjang fokal lensa yang dipakai bisa memberikan fokal efektif yang berbeda-beda tergantung jenis sensornya. Singkatnya, sensor full frame tidak mengalami crop factor, sensor APS-H punya 1.3x, APS-C 1.5x (Nikon, Pentax) atau 1.6x (Canon) dan Four Thirds 2x.
DSLR juga memiliki pilihan resolusi/megapiksel
Kemampuan kamera digital dalam menangkap gambar ditentukan dari resolusi yang dibentuk oleh sejumlah titik atau piksel pada sensor, jadi entah itu kamera ponsel atau kamera DSLR memang faktanya punya resolusi yang  dinyatakan dalam satuan mega piksel. Apabila anda masih percaya kalau mega piksel yang lebih besar adalah lebih baik, coba pikirkan kembali. Sebuah DSLR dengan 6 MP memang punya resolusi yang kalah tinggi bila dibanding kamera saku modern yang punya resolusi 14 MP. Tapi soal kualitas hasil foto, ceritanya jadi berbeda. Faktanya, DSLR dengan 6 atau 10 MP sudah amat baik bahkan untuk keperluan fotografi profesional sekalipun dan pilihan DSLR dengan resolusi lebih tinggi (12, 14 hingga 24 MP) lebih ditujukan bagi mereka yang sering melakukan cropping gambar.
DSLR memiliki ‘jeroan’ yang rumit dan presisi
Modul light meter
Modul light meter
Ibarat sebuah mesin, kamera DSLR memiliki banyak komponen di dalamnya. Salah satu komponen utama dalam kamera adalah modul auto fokus. Kelas dan harga sebuah kamera DSLR salah satunya ditentukan dari jenis modul AF dan jumlah titik AFnya. Modul AF pada DSLR bekerja berdasar phase-detect sehingga akurasi dan kecepatannya jauh mengalahkan sistem AF pada kamera biasa. Belum lagi terdapat beberapa titik AF yang bisa dipilih secara manual atau auto sehingga menghindarkan kita dari kesalahan pemilihan fokus. Selain modul AF, modul lain yang tak kalah pentingnya adalah alat ukur cahaya atau light meter, yang bertugas mengukur dan menganalisa pencahayaan yang masuk melalui lensa dan menentukan berapa eksposure yang tepat. Kesalahan pengukuran cahaya menyebabkan foto jadi terlalu terang atau terlalu gelap. DSLR kelas atas memiliki modul metering yang lebih presisi dengan banyak titik sensor sehingga amat jarang tertipu (oleh cahaya), sementara DSLR ekonomis punya modul metering yang lebih sederhana. Bandingkan dengan kamera saku yang tidak memiliki modul khusus seperti ini, dia hanya mengandalkan algoritma prosesor kamera untuk mencari fokus dan mengukur eksposure secara otomatis.
DSLR bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan
Senang modifikasi mobil atau motor? Kalau begitu kira-kira DSLR pun hampir sama. Bila anda perlufocusing screen khusus, tinggal ganti. Kalau perlu magnifier eyecup, tinggal pasang. Kalau mau menambah daya baterai, pasang vertical / battery grip. Mungkin suatu saat nanti DSLR pun bisa gonta-ganti casing layaknya ponsel :)
DSLR punya kinerja tinggi dan buffer besar
Faktanya kinerja DSLR itu cepat. Auto fokus cepat, shutter lag yang cepat, memproses file JPEG cepat hingga menulis file ke memori juga cepat. Dibutuhkan prosesor kelas berat dan ruang simpan sementara (buffer) yang besar untuk mendukung semua proses ini. Apalagi dengan adanya fasilitas pemotretan sekaligus (continuous shooting) yang bisa mengambil hingga 5 gambar per detik, tentu ukuran buffer akan mempengaruhi kinerja keseluruhan. Untungnya kamera DSLR modern sudah memiliki memori buffer yang besar sehingga anda bisa memotret banyak gambar sekaligus tanpa masalah.
DSLR juga perlu lampu kilat
Dengan kemampuan ISO tinggi yang relatif bersih dari noise dan didukung oleh lensa bukaan besar, tampaknya seakan-akan kamera DSLR tidak terlalu perlu lampu kilat. Padahal faktanya, cahaya adalah faktor penting dalam fotografi, dan saat cahaya mulai tidak mencukupi, sumber cahaya tambahan paling mudah didapat adalah dari lampu kilat. Saat lampu kilat internal punya banyak keterbatasan, adanya flash hot shoe pada DSLR bisa dimanfaatkan dengan memasang  lampu kilat eksternal. Beberapa DSLR bahkan memiliki fitur wireless-flash untuk kreatifitas ekstra seperti untuk foto makro. Untuk pencahayaan yang lebih lembut bisa menambah diffuser pada lampu kilat. Untuk menghindari cahaya langsung ke objek foto, lampu kilat bisa diarahkan atau dipantulkan ke langit-langit (bouncing).
DSLR sensitif terhadap debu, perlu perawatan ekstra
Ingat kalau lensa pada DSLR bisa dilepas. Resiko dari melepas lensa adalah adanya resiko masuknya debu ke dalam kamera, yang artinya debu itu bisa jadi menempel di sensor. Faktanya debu yang melekat ini akan nampak di hasil foto, apalagi bila memakai bukaan diafragma kecil. Untuk menghilangkan debu, gunakan peniup debu khusus yang dijual di toko kamera. DSLR modern sudah dilengkapi dengan sistem anti-debu, meski menurut saya tetap lebih efektif memakai peniup debu khusus. Perhatikan kalau debu juga bisa menempel di cermin, dan debu pada cermin ini meski tampak di jendela bidik tetapi tidak mengganggu hasil foto nantinya. Untuk mengenali kiat-kiat membersihkan kamera bisa baca di sini.
DSLR punya usia shutter tertentu
Shutter unit
Shutter unit
Satu lagi fakta yang kurang mengenakkan. Setiap jepretan pada kamera DSLR akan tercatat, dinyatakan dalam istilah shutter count. Betul kalau tiap kamera punya shutter yang suatu ketika akan rusak, namun pada DSLR sudah ada estimasi dan pengetesan pabrik akan berapa ‘harapan hidup’ dari shutter unit sebelum akhirnya menjadi rusak atau bermasalah. DSLR ekonomis telah teruji hingga 50 ribu kali jepret, dan DSLR kelas atas sanggup lolos uji hingga diatas 100 ribu kali jepret tanpa masalah. Jadi belajar fotografi memakai DSLR di satu sisi amat tepat karena kameranya memang mendukung untuk belajar, tapi di sisi lain juga jangan sampai terlalu lama belajar, bisa-bisa saat anda sudah mahir justru shutter unitnya akhirnya rusak. Penggantianshutter unit bisa dilakukan oleh agen resmi dengan biaya sekitar satu juta.
Itulah beberapa fakta seputar kamera DSLR. Bila dirasa pilihan memiliki DSLR ternyata tidak semudah yang anda bayangkan, mungkin kamera kelas prosumer bisa jadi pilihan lain yang lebih menarik. Namun bila anda sudah siap akan segala konsekuensinya, menikmati fotografi dengan kamera DSLR tentu akan menjadi suatu kepuasan tersendiri.

Monday, November 19, 2012

Tips memilih kamera DSLR


Kamera DSLR itu bukanlah barang yang murahan bagi kalangan kelas bawah atau pun menengah karena harga yang mahal namun disisi lain inilah kamera yang bagus untuk mengambil momen foto yang indah dan jelas akan hasil foto yang didapat berbeda dengan kamera pocket yang memiliki kualitas gambar foto yang masih dibawah kamera DSLR.
Yang bikin DSLR mahal itu bukanlah dari kameranya namun lensanya bila gk ada lensa yah sama aja kayak kamera pocket lain dan harga lensa itu gk murah bisa seharga IPhone 3G itu pun yang termurah. jadi bila ingin kamera DSLR yang bagus dan sesuai dengan keperluan kita saya bakalan memberikan beberapa tips untuk para pembaca.

  1. Sesuai kan budget anda untuk membeli kamera DSLR  jangan terlalu memaksakan untuk membeli yang mahal bisa-bisa tuh kamera malah dijual balik karena butuh uang
  2. Sekarang sudah banyak merk-merk terkenal kamera DSLR mulai dari Canon dan nikon carilah merk yang banyak dipakai teman karena bisa saling tukar lensa bila 1 merk sehingga menjadi lebih mudah dalam mencoba lensa yang lain tanpa memerlukan uang. (Minjam Maksudnya) kalau misalkan beda merk maka tidak akan stack atau cocok lensanya dengan kamera.
  3. Sebelum membeli pilihlah kamera sesuai dengan keperluan kamu bila memang serius dalam fotografer belilah lensa dan kamera  dengan kualitas yang bagus dan sudah teruji dengan teman yang sudah membeli duluan lensanya atau kamera.
  4. Kalau dalam dunia fotografer ada lensa yang khusus untuk makro dan ada juga yang standart dan lain-lain , sesuaikan dengan kebutuhan anda dalam berfoto kalau misalkan suka foto serangga yang hinggap di dedaunan dan ingin mengambil gambarnya secara jelas dan cantik yah pilihlah lensa yang khusus untuk makro.
  5. Carilah servis center yang dekat dengan kita supaya memudahkan dalam efisiensi waktu dan biaya karena kalau misalkan jauh mesti butuh beberapa waktu yang lama untuk servis dan juga biaya ongkos kirim yang sedikit mengeluarkan biaya(Namanya juga uang) jadi usahakan cari tempat servis center yang terdekat dengan kita sebelum memilih mana merk kamera yang bagus untuk kita.
  6. Jangan hanya mengandalkan megapixel yang besar saja namun yang paling penting itu adalah lensanya jadi cari lensa dengan kualitas yang bagus bukan megapixel yang besar. masih bagusan kamera yang memiliki megapixel yang kecil namun kualitas lensa bagus.
  7. Rekomendasi dari saya sebelum  membeli kamera DSLR dalam hal merk adalah Canon dan Nikon soalnya dari kedua merk tersebut sudah terkenal dan paling banyak menyediakan aksesoris kamera yang dibutuhkan oleh para fotografer proffesional dan juga bagi yang awam.
oke itu aja sih beberapa tips nya dan kamera DSLR ini di khususkan bagi yang serius dalam dunia fotografer jadi jangan asal jepret aja yah kan sayang mahal-mahal hanya buat asal jepret dan ngikutin  gaya sekarang punya DSLR.

Sunday, November 18, 2012

Wisata air Pandawa Water World

Air dianggap dapat menenangkan jiwa. Tidak heran, berbagai obyek wisata air baik wisata air alami maupun buatan kerap menjadi sasaran kunjungan untuk menghabiskan masa libur.
Di wilayah Solo Raya, ada obyek rekreasi air baru. Berlokasi di Solo Baru, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Pandawa Water World (PWW) menjadi salah satu alternatif pilihan mengisi masa berlibur bersama keluarga.
Mengikuti tren obyek wisata air lainnya, PWW tidak mau ketinggalan menawarkan wahana yang sedang digemari kini, water boom. Wahana lainnya adalah volcanic pond atau kolam air panas, water curtain, aerated crater, raft slide, racer slide, earth shower danmountain cavern.
Selain menawarkan suasana rekreatif, atmosfer petualangan muncul kala me-nikmati beberapa wahana yang menantang nyali, seperti bungee jumping, body slide dan black hole.
PWW yang ingin langsung dikenal dan melekat di benak masyarakat kemudian menerapkan strategi mengangkat wayang guna memberi karakter pada wahana-wahana yang ada. Sebagai contoh, kolam ombak bernama Kresna Wave Pool. Wahana bungee jumping disebut Gatotkaca Bungee Tower dan Gatotkaca Drop Pool, sedangkan kolam anak dan balita berjudul Kunti Children and Toddler Pool.
Penamaan sekaligus personifikasi tokoh wayang tersebut berupa patung berukuran sangat besar yang mencolok dan menjadi kekuatan desain area water world secara keseluruhan.
Harga tiket masuk Rp 100.000 per orang untuk Sabtu-Minggu, Rp 35.000 per orang tiap Senin, dan Rp 50.000 per orang Selasa-Jumat.
Pada akhir pekan dan hari libur nasional, PWW dibuka pukul 08.00- 18.00. Sisanya dibuka pukul 10.00-18.00.
Untuk keamanan ada 25 life guard untuk tiap sif jaga. Jika ingin nyaman, bermain air lebih menyenangkan kala pagi atau sore hari ketika surya tidak terlalu terik.



Saturday, November 17, 2012

Pentingnya asuransi pendidikan untuk anak kita

Dewasa ini, kebutuhan untuk mengasuransikan pendidikan bukanlah hal yang “aneh”. Masyarakat ~terutama dinegara-negara maju~bahkan
menganggap asuransi pendidikan merupakan kebutuhan utama dan perencanaan keluarga.
Berikut adalah aneka manfaat yang didapatkan dari produk asuransi pendidikan anak:
Dana PendidikanDana ini merupakan saldo simpanan dari premi yang dibayarkan/ditabungkan dalam periode tertentu.
Dalam jangka panjang dana ini akan terakumulasi dengan baik dan dapat anda gunakan untuk keperluan dana pendidikan putra-putri Anda
Saran: pilihlah produk yang memberikan fleksibilitas penarikan dana yang dapat anda tarik/tambahkan sewaktu-waktu.
Hal ini akan memberikan keleluasaan finansial bagi perencanaan pendidikan putra-putri anda.
Garansi Setoran/garansi pembebasan premi:Dengan memiliki fasilitas ini, orangtua tidak perlu khawatir akan ketidakmampuan pembayaran premi untuk asuransi pendidikan anaknya.
Apabila orang tua (oleh karena penyakit tertentu, meninggal dunia, atau mengalami cacat), perusahaan asuransi akan melanjutkan pembayaran
premi tersebut samapi usia tertentu.
Saran: Pilihlah produk yang memberikan perlindungan atas manfaat ini terhadap kedua orang tua (bukan hanya salah satu orang tua,atau
pemegang polis saja), Serta pilih yang memberikan keleluasaan masa garansi
.

Manfaat KesehatanApabila anda menghendaki, Anda dapat menambahkan manfaat perlindungan kesehatan bagi putra-putri Anda. Anda dapat memilih produk yang bersifat
reimburse (bayar dulu, perusahaan mengganti kemudian), atau yang menggunakan sistem kartu (yang bekerja sama dengan berbagai RS) sehingga
anda tidak perlu membayar biaya terlebih dahulu,cukup menunjukkan kartu tersebut dan RS yang akan memberikan layanan sesuai pagu/limit yang
anda kehendaki.
Saran:
Pilih manfaat yang memungkinkan double klaim apabila putra-putri anda sudah memiliki manfaat dari asuransi yang lain.
Jika anda memiliki cukup dana, ada baiknya memilih sistem kartu, sehingga dalam keadaan emergency dan Anda tidak memiliki dana tunai,
makan manfaat ini akan memberikan manfaat yang sangat baik.

Manfaat Meninggal dunia:Seperti halnya produk asuransi, pilihlah Tabungan pendidikan yang memberikan manfaat Santunan meninggal.
Saran :
Perhatikan masa coverage atas manfaat ini. Semakin lama anda tercover semakin baik pula manfaatnya untuk keluarga anda

Thursday, November 8, 2012

Teknik dasar memotret dengan kamera DSLR


Kamera DSLR (Digital Single-Lens Reflex) kini bisa dimiliki siapa saja. Orang-orang yang menggunakannya pun tidak sekadar untuk urusan pekerjaan, namun juga hobi dan kebutuhan lainnya. Membaca panduan sebenarnya adalah metode awal jika ingin menggunakan kamera DSLR untuk memotret. Namun menambah pengalaman dengan lebih sering memotret juga bisa membuat Anda lebih profesional. Sebagai langkah awal, Anda pun sebaiknya menyimak tips memotret dengan kamera DSLR untuk pemula seperti yang dilansir dari She Knows (25/05) berikut ini.
Memahami kamera
  • Sebelum mulai memotret, ada beberapa fitur kamera yang sebaiknya Anda ketahui
  • Aperture, untuk mengatur lebar lensa dalam menerima cahaya.
  • Shutter speed, untuk mengatur seberapa cepat kamera tertutup.
  • ISO, untuk mengatur sensitivitas cahaya yang masuk ketika kamera menangkap gambar.
  • Exposure, mengindikasikan pengaturan cahaya pada kamera.
  • White balance, untuk menyeimbangkan warna putih pada gambar yang Anda ambil.
Jika memotret di tempat remang-remang, Anda pun sebaiknya memperhatikan pengaturan-pengaturan tersebut di atas.
Langkah mengambil gambar
Setelah mengatur berbagai fitur pada kamera DSLR, kini saatnya Anda mulai memotret.
  • Pilih objek yang akan Anda ambil.
  • Pilih background yang sesuai dan tentukan apakah potret yang akan Anda hasilnya akan menjadi landscape atau portrait.
  • Pastikan fokus gambar sudah tepat untuk diambil.
  • Ambil gambar Anda dan lihat hasilnya.
Jangan menyerah apabila hasil gambar yang Anda ambil kurang memuaskan. Sebab semakin sering Anda berlatih memotret, maka hasilnya pun akan semakin baik.